Sebuah perusahaan melalui pejabat tingginya menghubungi perusahaan
pelanggan, sebut saja PT PS, untuk mengundang bermain golf. Tak
seperti sebelumnya, kali ini, PT PS yang merupakan penggabungan
dari PT P dengan PT S menolak. Sebabnya adalah, semenjak
kedua perusahaan tersebut bergabung, telah ditetapkan kebijakan
untuk tidak menerima entertain dalam bentuk apa pun. Bahkan
sekadar makan siang di tempat rekanan kerja pun tidak diijinkan lagi.
Keputusan tersebut disambut rasa salut oleh perusahaan yang
meneleponnya.
Tapi, kebijakan PT PS ini bagai buih di lautan. Masih banyak perusahaan
yang menerima entertain atau bahkan ada oknum di perusahaan
tersebut yang justru meminta entertain. Saya terpaksa memberikan
contoh-contoh entertain yang di luar batas kewajaran. Bukan untuk
menebar aib bangsa sendiri, namun sebagai renungan: akankah kita
begini terus, ataukah kita akan membiarkan ini terus terjadi. Semoga
hanya manfaat yang bisa dipetik dan jangan sampai tulisan ini justru
memberi inspirasi buruk. Saya tidak menginginkan hal itu terjadi.
Saat itu saya bekerja sebagai staf akunting. Salah satu pekerjaan
saya adalah mengecek permintaan pengeluaran uang. Sebuah bon
bukti pengeluaran uang yang 'ecek-ecek' membuat saya kebingungan
sebab di sana hanya tertulis nama seorang gadis, sejumlah biaya dan
bon tersebut jelas sekali bukan bon resmi. Saya sempt tidak mengerti
nama barang apa yang dibeli. Beberapa tahun kemudian, setelah saya
'terjebak' di hotel itu, saya baru menjadi paham apa yang saat itu terjadi.
Ketika itu saya sudah bekerja di perusahaan lain. Saya dan atasan sedang
berkunjung ke cabang. Karena sesuatu hal, saya tidak bisa pulang
menumpang mobil atasan sehingga harus pulang bersama rekan lain yang
mendapat fasilitas mobil dari perusahaan. Namun ia harus mengantar
tamu untuk makan malam terlebih dahulu.
Saya pun ikut kemana ia harus pergi. Ternyata ke sebuah hotel. Awalnya saya
tidak 'galau' karena makan di hotel bukanlah hal 'bagaimana-bagaimana'
bagi saya. Dulu kami pernah makan bersama di hotel saat perpisahan
Mr. Takahashi. Tapi kali ini kok berbeda, ya?
Kami dibawa masuk ke sebuah ruangan khusus yang ternyata ruangan
karaoke private. Kami makan di dalam ruangan remang itu. Saya dan
rekan saya gelisah, ingin cepat pulang tapi makan malam belum datang.
Kami tahu tak bisa pergi sebelum setidaknya makan malam bersama.
Sambil menunggu makanan, beberapa orang menyanyi, lainnya mengobrol
dan saya mengirim sms ke sahabat saya, 'melaporkan' nasib yang saya alami.
Dia menyuruh saya cepat-cepat pulang dan mem'warning' saya untuk tidak
dekat-dekat dengan pelanggan seperti itu. Saya berbisik ke rekan saya,
mengajaknya cepat-capat pulang, ia yang juga resah mengatakan, "Setelah
makan kita akan pulang, biar saja pelanggan diurus (rekan) yang laki-laki".
Maka, setelah pesanan datang, kami segera makan dan pamit pulang,
meninggalkan empat orang pelanggan yang masing-masing ditemani satu
perempuan muda. Usia perempuan penghibur tersebut sekitar usia anak
kuliah. Mereka tak banyak bicara, hanya duduk di samping pelanggan
sambil mengepulkan asap rokok.
Pagi harinya, saya tanya pada rekan kerja, sampai jam berapa acara
semalam? Mereka bilang tidak tahu, sebab kami tinggalkan tamu pada
jam sekian. Cerita ini saya cukupkan sampai di sini karena tentu saya
tidak tahu lagi apa yang terjadi. Tapi yang pasti saya masih punya
cerita lain tentang entertain di tempat Karaoke. Tapi karena hal ini
cukup sulit untuk diceritakan kembali, saya akan beralih ke cerita lain.
Cerita ini disampaikan langsung kepada saya oleh narasumbernya.
Dia adalah pejabat penting di suatu perusahaan. Berbagai bentuk
entertain ia terima sejak menjabat, salah satu di antaranya adalah
pergi ke klub yang dalam seminggu menghabiskan dana puluhan juta
rupiah.
Ada juga perusahaan yang demi menjaga nama baik perusahaan
menetapkan aturan untuk tidak menerima entertain termasuk tidak
boleh menerima parcel. Perusahaan tersebut mengadakan
kampanye 0 Corruption dan menganggap entertain adalah bagian
dari korupsi. Jadi, kalau ada karyawannya yang menerima atau
meminta entertain, berarti karyawan tersebut yang 'nakal'.
Apakah ada karyawan yang demikian? Sayangnya ada. Tanpa rasa
malu ia meminta diajak ke karaoke, kalau bisa setiap bulan katanya.
Bukan hanya kepada satu orang di perusahaan rekanan yang ia mintai,
tapi ke kepala divisi di departeman Engineering, Delivery, Kualitas dan
bahkan ke Assistant GM.
Baiklah, saya cukupkan cerita tentang entertain, semoga ini cukup
menjadi bahan renungan kita.
No comments:
Post a Comment