namanya. Suatu saat saya menawarinya suatu pekerjaan sebagai
juru bahasa yang akan dilaksanakan dari jam 17.00 sampai
dengan 20.00 WIB. Ia menolak pekerjaan tersebut,
khawatir akan kerepotan/tidak bisa melaksanakan sholat
Magrib. Ia juga menjelaskan, untuk tema-tema yang tidak selaras
dengan ajaran Islam, misalnya tema perbankan konvensional,
akan ia tolak. Salut!
Ia bukan satu-satunya penerjemah/juru bahasa yang tetap
menomorsatukan ibadah dan menghindari pekerjaan yang
tidak selaras dengan ajaran Islam di atas usaha mencari
Mbak Ummu yang mengkhususkan diri sebagai penerjemah
memeriksa dokumen terlebih dahulu sebelum menolak
atau menerima. Jika isinya tidak menyimpang dari ajaran
Islam, barulah akan ia menerima.
Selain itu, ia juga mengurangi kuota pekerjaan penerjemahan
di bulan suci Ramadhan, agar pekerjaan tidak membuatnya
mengurangi/ mengganggu aktifitas ibadah di bulan puasa.
Satu lagi seorang penerjemah yang teguh pada prinsip-prinsip
mencari nafkah sesuai yang diajarkan Islam. IR inisial namanya.
Dia adalah penerjemah yang baru bergabung dengan HASTA.
Ketika saya sudah membayar 19 halaman dari naskah yang
berjumlah 18.5 halaman, ia menolak menerima bayaran sejumlah
19 halaman, ia hanya ingin dibayar 18 halaman. Padahal
saya sudah mengatakan kalau saya ikhlas karena ia sangat hemat
kertas dalam menulis. Artinya, ia hampir tidak membuat spasi
berlebih. Bahkan antar sub judul saja tidak ia beri spasi.
Alasan penolakannya dibayar 19 halaman adalah takut
dihisab di akherat nanti.
Subhanallah. Masih banyak saudara-saudara kita yang masih
berpegang teguh pada ajaran/hukum agama dalam bekerja.
Mereka tak silau oleh hasil yang lebih.
Saya jadi teringan sebuah scene dalam film Umar bin
Khattab. Saat itu, Khalifah Umar ra sedang ke pasar untuk
melakukan audit (bahasa kita jaman sekarang). Khalifah
Umar ra menangkap basah seorang pedagang yang berlaku
curang dengan timbangan.
Dengan tongkatnya ia pukul pedagang itu (bukan pukulan
yang menganiaya, tapi pukulan untuk memberi mendidik)
dan menegur keras. Sang Khalifah memberi tahu pedagang
itu dan seluruh pedang di pasar agar tidak berlaku curang
dalam berniaga karena itu dilarang di dalam agama Islam.
Islam mengajarkan kita hanya boleh mengambil yang menjadi
hak kita.
Pedangan yang tadi melakukan kecurangan berdalih bahwa
ia tidak tahu hal tersebut. Spontan Khalifah Umar memarahinya
dan berkata, "Itulah kesalahanmu yang kedua. Melakukan
perniagaan sedangkan kamu tidak tahu hukum-hukumnya!"
Pembaca yang bijaksana, saya tidak akan menyimpulkan
apapun dalam tulisan kali ini. Saya hanya merasa
mereka bertiga telah membuat saya tersentuh dan berkaca diri.
You're inspired me, guys. Tetaplah istiqomah dan ajari
kami, saudara-saudaramu yang seiman dengan konsistensi
itu dan jangan lupakan kami dalam doamu agar kami
bisa mengikuti jejak kalian. Aamiin.
No comments:
Post a Comment